Diterjemahkan dari artikel yang ditulis Dr. Laurence Brown dari leveltruth.com
Konsep dosa warisan benar-benar tidak dikenal dalam agama Yahudi dan Kekristenan di Timur Tengah, konsep ini hanya tersebar luas di gereja-gereja Eropa, benua Amerika, dan beberapa negara lainnya. Lebih jauh, konsep dosa dalam Kristen dan Islam benar-benar saling berlawanan. Misalnya, dalam Islam, tidak ada yang namanya berdosa ketika memikirkan sesuatu yang jahat. Bagi seorang Muslim, pikiran jahat dapat menjadi amal baik baik ketika orang tersebut menolak untuk menindaklanjuti pikiran jahatnya. Mengabaikan pikiran jahat yang hinggap dalam pikiran kita terus-menerus dianggap layak mendapatkan pahala dan bukanlah dosa. Jadi dalam perspektif Islam, pikiran jahat hanya menjadi dosa ketika hal tersebut dilakukan.
Konsep dosa warisan benar-benar tidak dikenal dalam agama Yahudi dan Kekristenan di Timur Tengah, konsep ini hanya tersebar luas di gereja-gereja Eropa, benua Amerika, dan beberapa negara lainnya. Lebih jauh, konsep dosa dalam Kristen dan Islam benar-benar saling berlawanan. Misalnya, dalam Islam, tidak ada yang namanya berdosa ketika memikirkan sesuatu yang jahat. Bagi seorang Muslim, pikiran jahat dapat menjadi amal baik baik ketika orang tersebut menolak untuk menindaklanjuti pikiran jahatnya. Mengabaikan pikiran jahat yang hinggap dalam pikiran kita terus-menerus dianggap layak mendapatkan pahala dan bukanlah dosa. Jadi dalam perspektif Islam, pikiran jahat hanya menjadi dosa ketika hal tersebut dilakukan.
Terus-menerus melakukan perbuatan baik tampaknya bukanlah sifat alami manusia. Sejak penciptaan kita, jika tidak terikat oleh aturan-aturan sosial atau agama, sepanjang sejarah, umat manusia cendrung menjalani kehidupan untuk memenuhi hasrat dan hawa nafsu. Pesta pora memuaskan hawa nafsu telah tercatat dalam lembaran-lembaran sejarah, yang melakukan bukan hanya individu dan suatu komunitas kecil, tapi bahkan bangsa-bangsa adikuasa di dunia melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang sampai mereka dibinasakan Tuhan. Kaum Sodom dan Gomorrah (kaum Luth alaihissalam) mungkin adalah yang paling terkenal. Selain itu, kekuatan terbesar dari dunia kuno seperti bangsa Yunani, Romawi, dan Kerajaan Persia, termasuk di antaranya Genghis Khan dan Alexander Agung-tentunya masuk dalam daftar manusia-manusia yang terkenal karena kejahatan-kejahatan mereka. Sementara contoh dekadensi suatu kaum tak terhitung banyaknya, kasus kejahatan yang dilakukan oleh individu tampaknya lebih umum.
Jadi, pikiran yang baik tidak selalu menjadi hal pertama yang terlintas dalam benak manusia. Dengan demikian, dalam perspektif Islam, pikiran untuk berbuat baik saja sudah diganjar pahala, meskipun jika pikiran baik itu tidak ditindaklanjuti. Dan ketika orang tersebut benar-benar melakukan perbuatan baik, Allah melipatgandakan pahalanya lebih jauh.
Konsep dosa warisan sekali lagi tidak ada dalam Islam, dan tidak akan pernah ada. Untuk para pembaca Kristen, pertanyaannya bukanlah apakah konsep dosa warisan ada pada zaman sekarang, melainkan apakah hal ini ada selama Yesus masih hidup. Kesimpulannya, apakah Yesus pernah mengajarkannya?
Ternyata tidak. Siapa pun yang menciptakan konsep ini, pastinya bukanlah Yesus, karena dalam Bibel tercatat bahwa Yesus berkata, "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 19:14). Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana mungkin anak-anak kecil yang belum dibaptis bisa masuk kerajaan sorga? Karena menurut doktrin Kristen, mereka yang tidak dibaptis akan masuk neraka. Jadi ada dua pilihan disini: Entah anak-anak terlahir dengan membawa dosa warisan sehingga masuk neraka atau akan masuk Kerajaan Sorga. Gereja harus memilih salah satunya. Tentunya kita tidak bisa membayangkan bahwa seorang bayi yang lucu dan imut, yang masih belum dibaptis, akan masuk neraka apabila dia meninggal dunia. Yehezkiel 18:20 berbunyi, "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya."
Ulangan 24:16 mengulangi pesan yang sama. Sebagian orang mungkin dapat berkata “Tapi ini ada di Perjanjian Lama! Kami orang-orang Kristen mengikuti Perjanjian Baru.” Tapi masalahnya adalah Perjanjian Lama tidak lebih tua daripada Adam! Jika dosa warisan memang sudah ada dan berasal dari Adam dan Hawa, seseorang tidak akan menemukan dosa warisan ditentang dalam kitab suci dari segala zaman! Tentunya para nabi dari segala zaman akan mengajarkan tentang konsep dosa warisan kepada pengikut-pengikutnya. Namun faktanya tidaklah demikian! Bahkan Yesus seperti yang dijelaskan di atas, menentang konsep dosa warisan ini.
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan jiwa yang suci, tetapi lingkungan, didikan orang lain, dan kesenangan duniawilah yang merusak jiwa kita. Meskipun demikian, dosa tidaklah diwariskan, dan dalam hal ini, bahkan Adam dan Hawa tidak akan dihukum karena dosa-dosa mereka, karena Tuhan telah mengampuni mereka. Dan bagaimana mungkin manusia dapat mewarisi suatu dosa yang tidak ada lagi? Hal ini tidak masuk akal! Jadi dalam perspektif Islam, kita semua akan dihakimi menurut perbuatan kita masing-masing. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an: "Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS. 53: 38-39), dan "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain" (QS 17:15). Setiap orang memikul tanggung jawab atas tindakannya sendiri, dan tidak ada bayi yang akan masuk neraka karena belum dibaptis dan telah dibebani dengan dosa warisan sejak lahir.
0 Response to "Apakah Yesus Mengajarkan Dosa Warisan?"
Post a Comment